Sabtu, 19 Januari 2019

Wanita atau Perempuan?


Hari ini aku akan sedikit bercerita apa yang ada di otakku. Sekedar bercerita apa yang bisa diceritakan kepada kalian semua. Ya ini bukan tentang masalah percintaan yang indah ataupun sendu bahkan ini bukan masalah lingkungan yang semakin hari semakin miris. Ini cuma sebatas istilah kata yang sering diperdebatkan oleh teman-teman aktivis kampus yang sering membahas tentang gender apalagi feminisme.

Ini hanya bahasan yang ringan menurutku jadi kalian yang mau membaca tulisan ini tidak dianjurkan untuk meminum kopi untuk menyanggah rasa kantuk karena membaca bacaan yang berat dan kata yang kaku, apalagi dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti sehingga terkesan  membosankan. Kali ini aku ingin mengajak kalian semua untuk berbincang dengan istilah "Wanita" dan "Perempuan". Sejak SMA aku sudah mengenal tentang materi gender yang membahas tentang kesetaraan peran antara laki-laki dan wanita. Namun, setelah beranjak kuliah ada istilah yang selalu diperdebatkan oleh aktivis gender dan feminis tentang istilah perempuan dan wanita. Aku kira itu hanyalah istilah yang menunjukan jenis kelamin dari seorang perempuan/wanita. Namun ternyata setelah aku baca-baca dan bertanya-tanya kepada mereka yang lebih suka menyebut dirinya Perempuan dari pada wanita, membuat aku mengerti dan mencoba menelusuri apa yang sebenarnya terjadi. Meskipun aku hanya orang awam yang dalam segi keilmuan sangat cetek dan belum mahir apa-apa, tetapi disini aku mengajak kalian semua untuk dapat mengerti sebenarnya apa yang sedang terjadi kenapa bisa demikian adanya.

Menurut Asmah Haji Omar (1993) Bahasa merupakan cerminan pemikiran dan budaya sebuah masyarakat. Bahasa merupakan kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk mengkomunikasikan suatu hal dengan manusia lain. Lantas jika kamu diminta untuk memilih bahasa apa yang akan kamu gunakan untuk menunjukan diri kalian sendiri sebagai perempuankah? atau wanita? Maaf disini aku akan berbincang tentang gender ini. Jika ada yang tidak suka lebih baik jangan diteruskan membacanya.

Dalam bahasa Arab (majma'al - lughah al- 'Arabiyyah, 2004) al- untha, al-mar'ah dan al- nisaa mempunyai makna perempuan/wanita. Perkataan al- untha jamaknya al-inath berarti perempuan atau wanita yang memiliki makna lembut dan tidak keras. Al-mar'ah jamaknya adalah al-nisa yang artinya sedap dan enak. Sedangkan kata al-nisa artinya berkait rapat dengan al-niswa dan al-nuswan yang berati lupa karena kelemahan akal. Perempuan atau wanita memiliki makna yang sama yaitu memiliki sifat yang lemah lembut, elok atau enak di pandang serta kelemahan akal atau biasa disebut kurang berfikir secara logika karena lebih mengutamakan perasaannya. Di makna ini tidak ada yang membedakan antara perempuan dan wanita karena hakikat dari sifatnya sama.

Dalam bahasa Melayu "wanita" berarti yang diinginkan, sesuatu yang diinginkan lelaki. Sehingga wanita disini hanya sebatas objek untuk laki-laki saja. Wanita dalam bahasa Jawa juga bermakna 'Wani di Toto' atau berani diatur. Dengan kata lain wanita harus selalu tunduk dengan suami dan dilarang keras untuk melawan laki-laki. Dalam Jawa memandang wanita itu mulia apabila ia tunduk dan patuh terhadap suaminya. Hal ini dikatakan wanita dinilai lebih tinggi karena kesetiaannya dengan patuh terhadap suaminya.

Lantas kalau wanita dianggap mulia dengan kesetiaannya karena patuh terhadap suaminya bagaimana dengan Perempuan? Kenapa para aktivis gender dan feminis sangat menolak sebutan wanita untuk dirinya?

Dalam jurnal FSU in the limelight karya Sudarwi & D. Jupriono yang berjudul "Betina,wanita, perempuan: Telaah semantik leksikal, semantik Historis, Pragmatis," Menyebutkan bahwa kata "Wanita" bukan lah produk asli. Kata ini melainkan turunan dari kata betina akibat proses perubahan konsonan. Betina ~ Batina ~ Banita ~ [B] : [W] ~ Wanita. Dengan proses ini menjadikan para aktivis gender dan feminisme membuat pernyataan bahwa kata "wanita" adalah kata yang sangat rendah apabila dijadikan sebagai sebutan oleh kaum hawa. Betina merupakan sebutan untuk hewan berkelamin perempuan yang bisanya hanya beranak saja tanpa mempunyai peranan penting dalam kehidupannya.

Setelah kita membahas kata "wanita" kita juga akan membahas kata "Perempuan". Dalam kamus dewan e.4 Kuala Lumpur, Keperempuanan berarti perihal perempuan yang bermaksud mengurusi urusan rumah tangga dan keistrian. Dalam hal ini, meski tidak terlalu rendah pemgertiannya, tetapi jelas bahwa kata ini menunjuk peranan domestik perempuan sebagai penunggu rumah.

Dalam Kamus Besar Indonesia keperempuanan juga berarti kehormatan sebagai perempuan dari aspek etimologinya, Perkataan Perempuan berasal dari kata 'empu' yang berarti tuan, orang yang mahir/berkuasa, kepala, hulu, atau yang paling besar. Kata perempuan dipandang mempunyai nilai yang cukup tinggi, tidak dibawah, tetapi sejajar bahkan lebih tinggi dari pada lelaki. Kata perempuan juga berhubungan dengan kata 'ampu' yaitu sokong, memerintah, penyangga, penjaga keselamatan bahkan dapat diartikan wali.

Melihat penjabaran diatas pantas saja jika para aktivis gender dan feminis lebih suka dengan sebutan perempuan daripada sebutan wanita. Bagi mereka sebutan Perempuan adalah sebutan terhormat yang diberikan karena peranan perempuan yang cukup besar. Namun ada sebagian orang yang beranggapan bahwa sebutan perempuan adalah sebutan untuk wanita remaja yang masih dalam proses tumbuh kembang. Sedangkan kata "wanita" ditujukan untuk mereka perempuan yang sudah beranjak dewasa dan akan melangsungkan proses pernikahan sebagai bentuk kemuliaan perempuan yang akan berumah tangga.

Kalau menurutku jika kalian membahas tentang peranannya maka sebut saja dengan kata "Perempuan". Jika kalian membahas kemuliaannya maka sebut saja dengan "Wanita". Yang aku herankan, kenapa sih hanya sebatas istilah saja tetapi sering dibuat untuk bahan perdebatan antara aktivis perempuan dengan aktivis laki-laki. Terkadang aku bingung dengan perdebatkan dengan membahas istilah ini yang sampai berlarut-larut. Lantas kenapa tidak ada perdebatan kata "laki-laki" dan kata "pria" ? Padahal hakikatnya sama dengan perdebatan istilah "wanita" dan "perempuan". Ahh sudahlah... Meskipun aku sebenarnya malas untuk membahas perempuan. Karena aku merasa kalo di bahas terus menerus bukankan malah menjadikan perempuan sebagai objek bahasan?  Apakah tidak ada bahasan lain selain bahas perempuan?  Apa harus perempuan yang menjadi bahan pembahasan? Terkadang pertanyaan itu selalu muncul dalam benakku sendiri. Meskipun aku selalu ingin tau tentang gender dan feminisme itu sendiri sih hehe..

Ditulis oleh : Vika Rachmania Hidayah 

Daftar Pustaka
Asmah Haji Omar. 1993. Bahasa dan Alam Pemikiran Melayu. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka
Majma'al-Lughah Al - 'Arabiyyah. 2004. Al- mu'ja al- wasit c.4, kaherah : Maktabah al-syuruq
Noresah Baharom et. al (eds). 2005. Kamus Dewan e.4. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka
Sudarwi & D. Jupriono. 1997. Betina, Wanita, Perempuan : Telaah Semantik Leksikal, Semantik Historis, Pragmatis." Jurnal FSU in the limelight. Vol 5 no 1. Surabaya : Universitas 17 Agustus 1945
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. KBI. Jakarta : Pusat Bahasa

Pendidikan Indonesia dalam Penguatan Nilai-Nilai Pancasila

Pendidikan telah menjadi bagian hidup dari setiap orang yang memiliki kedudukan penting. Dalam hal ini mengacu pada kepentingan bagaimana m...