Minggu, 12 Januari 2020

Cagar Budaya (Goa Pasir)

Goa Pasir
Halo semuanya…
Kali ini aku akan membahas tentang tempat yang aku kunjungi saat berada di Kabupaten Tulugagung setelah Candi Mirigambar. 

Apa yang terlintas dipikiran teman-teman tentang Goa? Kemudian apa yang terlintas dipikiran teman-teman tentang Pasir? Nah selanjutnya adalah apa yang terlintas dipiran teman-teman tentang Goa Pasir? Mungkin ada yang berfikiran Goa yang berada di dekat lautan sehingga berpasir. Atau mungkin Goa yang beralaskan pasir atau juga Goa yang dipenuhi dengan pasir.

Tidak masalah jika kalian semua menebaknya begitu hehe… Sebelum mengenal lebih jauh tentang apa itu Goa Pasir? Aku akan memberikan informasi bahwa Goa Pasir ini terletak di Dusun pasir. Nah lebih tepatnya adalah Dusun Pasir, Desa Junjung Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Goa Pasir ini adalah goa buatan yang dibuat dengan melubangi lereng bukit. Tempat goa Pasir di lereng yang cukup terjal sehingga untuk dapat melihatnya kita harus naik keatas melewati batu-batu yang besar. Saat aku berkunjung kesana, terlihat sekali banyak pohon besar dengan suasana yang singit dan magis. Tempatnya sangat tenang dan tentrem, sehingga ketika sudah berada diatas fikiran serasa lebih segar karena kita dapat melihat pemandangan yang sangat indah.

Lokasi Goa Pasir 
(Gambar diambil di jejakpiknik.com)

Bertempat di lereng yang terjal
(Dokumentasi Pribadi pada 7 Januari 2020)

Menurut papan informasi yang terpampang sebelum masuk ke kawasan Goa Pasir, Goa Pasir ini merupakan kompleks cagar budaya yang berada di lereng gunung Padha. Goa ini dipahatkan pada lereng terjal bukit. Bagian dalam goa tersebut terdapat relief dengan Arjunawiwaha (Adegan penggodaan terhadap Arjuna dan pengikutnya oleh Bidadari). Beberapa ahli berpendapat bahwa Goa ini adalah pertapaan yang digunakan oleh Gayatri (Rajapadni), nenek dari Hayam Wuruk yang meninggal pada tahun 1350 M yang kemudian abu jenazahnya disemayamkan di Candi Boyolangu.

Menurut Drs. M Dwi Cahyono, M.Hum dalam bukunya yang berjudul Tabuta (tapak Budaya tulungagung) juga sudah dijelaskan bahwa Goa Pasir atau biasa dinamakan Situs Karsyan dengan bentuk bangun landam kuda serta tinggalan arkeologi yang berupa goa pertapaan. Dalam buku Tabuta juga dijelaskan bahwa sesuai dengan sebutannya yaitu “Situs Goa Pasir” dan fungsinya sebagai pertapaan yaitu dengan banyaknya temuan lain yang tersebar di area goa serta sebagian yang tertimbun tanah. Temuan ini sangat selaras  dengan esoteric dari Hindu sekte Siwa Shidanta.

Di area goa terdapat arca-arca batu andesit. Namun untuk saat ini hanya tersisa tinggal dua buah arca penjaga pintu (dwara pala) berbeda ukuran dan detail bentuknya, fragmen arca Ganesa (gajah) yang dapat diketahui bahwa ini merupakan peninggalan masa kerajaan Majapahit.  Hal ini juga diperkuat oleh catatan peneliti Belanda N. J. krom dan Verbeek bahwa di situs Goa Pasir pernah ditemukan arca bati yang dipahat penanda angka saka 1325 (1403 M) dan 1224 S (1302 M) tahun 1302-1403 M yang berarti dari masa Majapahit.

Di bawah kompleks Goa Pasir terdapat bongkahan batuan yang ditatah membentuk panil-panil gambar binatang dan tokoh wanita, yaitu binatang kera dalam posisi menari dan binatang Gajah. Bongkahan ini menggambarkan sebuah fabel, cerita dengan Jakon binatang dan dianggap sebagai media untuk membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan sifat baik dan buruk. Selain itu terdapat pula bongkahan batu yang dipahat sehingga menghasilkan gambaran Dwarapala pada sebuah sisi, dan relief perahu pada sisi lainnya.

Relief-relief yang ada di cagar budaya Goa Pasir ini sudah banyak yang rusak karena ulah tangan-tangan pengunjung yang tidak bertangung jawab. Dan mirisnya, tempat ini sering dijadikan tempat pacaran untuk para pemuda dikarenakan tempatnya yang adem dan rindang serta sepi atau jauh dari keramaian. Jika kita menelaah lebih jauh sebelum jaman sekarang, tempat ini merupakan tempat yang suci, tempat keramat yang biasa digunakan untuk pertapaan. Pertapaan merupakan tempat bertapa atau tempat untuk mengasingkan diri dari keramaian dunia dengan menahan hawa nafsu (makan, minum, tidur, dan birahi) untuk mencari ketenangan batin.  Dengan demikian, Goa Pasir saat ini sangat kontradiktif penggunaanya antara zaman dahulu dan zaman sekarang. Sangat miris bukan?

Memang perlu adanya penanganan yang serius agar tempat ini dapat digunakan menjadi tempat edukasi yang interaktif untuk siswa dalam belajar tentang sejarah. Karena sejarah merupakan ilmu yang menarik dan tidak pernah habisnya ketika dipelajari. Dan akan terus berkembang jika ditemukanlah arca-arca atau artefak-artefak serta peninggalan-peninggalan yang lain.

Ditulis Oleh: Vika Rachmania Hidayah

1 komentar:

Pendidikan Indonesia dalam Penguatan Nilai-Nilai Pancasila

Pendidikan telah menjadi bagian hidup dari setiap orang yang memiliki kedudukan penting. Dalam hal ini mengacu pada kepentingan bagaimana m...