Jumat, 17 Februari 2023

Pendidikan Indonesia dalam Penguatan Nilai-Nilai Pancasila

Pendidikan telah menjadi bagian hidup dari setiap orang yang memiliki kedudukan penting. Dalam hal ini mengacu pada kepentingan bagaimana manusia dapat mempertahankan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan juga dipahami menjadi proses untuk memberdayakan dan mengungkapkan potensi individu sebagai manusia yang dapat berkontribusi kepada masyarakat. Kontribusi tersebut dapat dalam taraf lokal maupun sampai nasional bahkan global. Untuk itu arah pendidikan sudah semestinya untuk menggali, menemukan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik agar mampu mengolahnya menjadi potensi dirinya. Yang nanti potensi itu dapat berdaya saing dalam persaingan kehidupan yang semakin kompleks. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi semua manusia yang memiliki akal sebagai sarana berfikir, karena pendidikan akan mengantarkan manusia pada ilmu dan pengetahuan yang akan memberikan segala obsesi dan segala cita-citanya. Agama, Pancasila, dan UUD'45 merupakan acuan yang di dalamnya semua langkah kegiatan gerak di negara Indonesia dalam bentuk apapun harus bersandar padanya. Tiga acuan dasar pedoman itu secara sinergis dapat menciptakan tatanan dalam berbagai dinamika kehidupan di negeri ini, termasuk masalah pendidikan. 

 Pancasila sudah sepantasnya menjadi modal dasar dalam pendidikan karakter, seperti menurut beberapa ahli diantaranya; Thanon Aria Dewangga dalam tulisannya, “Pendidikan Karakter Membangun Manusia Indonesia Unggul”, menyatakan bahwa falsafah dan agama Pancasila yang telah dimiliki bangsa ini, belum mampu menghilangkan kekerasan komunal atau antar-agama. Perlunya integrasi pendidikan karakter dengan nilai-nilai lokal dan falsafah agama Pancasila sebagai acuan agar pendidikan karakter tidak hanya pada tataran wacana pengenalan nilai dan norma, akses tetapi lebih jauh menuju tataran internalisasi dalam penerapan kehidupan sehari-hari. 

Selain itu, Sukandi dalam tulisannya “Memahami dan Mengorientasikan Nilai-Nilai Pancasila Siswa Dalam Kendaraan Pendidikan Karakter Bangsa”. Dalam tulisannya menyatakan bahwa adanya korelasi antara tingginya tingkat krisis dan pengaruh ideologi neoliberalisme dengan seperangkat nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut seperti materialisme, individualisme, hedonisme, sekularisme, materialisme, rasionalisme, tingginya budaya konsumerisme, dan pengaruh budaya pasar dengan nilainilai kapitalisme. Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan landasan dan pedoman bagi bangsa Indonesia untuk bertindak, dan berperilaku sesuai dengan aturan bangsa Indonesia. Hakekat dari Pancasila adalah menjadi sistem nilai luhur dan budaya Indonesia yang berpusat pada seluruh unsur kebudayaan bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ealitas yang telah ada pada kehidupan sehari-hari dan diyakini sebagai hal yang penting untuk dilakukan manusia dalam sikap dan perilaku serta tindakannya. 

Dekade terakhir, diamati di berbagai bidang termasuk pendidikan bahwa pemikiran teknis telah menggantikan pemikiran dasar dan komprehensif. Selain itu, berbagai upaya reformasi pendidikan tampaknya lebih cenderung tambal sulam dan parsial, disintegrasi, tidak kokoh dibangun sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan nasional, khususnya dalam mengarahkan upaya reformasi pendidikan nasional, diperlukan suatu acuan filosofis, yaitu Konstruk Filosofis Pendidikan Nasional Pancasila, untuk memberikan jalan bagi pembentukan citra manusia Indonesia yang ideal menjadi acuan pencapaian pendidikan kebangsaan. 

Ki Hadjar Dewantara memberi gagasan tentang pendidikan Indonesia melalui kearifan lokal etnis Jawa yang dikenal dengan semboyan terkenal Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani ( yang secara harfiah berarti 'mendirikan model', 'mewujudkan niat atau semangat' dan 'memberikan dukungan yang membangun', masing-masing) . Sifatnya yang kuat penekanan pada apa yang guru, siswa dan masyarakat pada umumnya harus lakukan (melalui kegiatan pendidikan)  untuk berubah diri mereka menjadi masyarakat yang membebaskan dan beradab, bukan pada apa yang mereka alami dan pikirkan sebagai orang terpelajar kelompok masyarakat, filsafat Ki Hadjar Dewantara telah dianggap sebagai model dinamis dari pandangan filosofis dalam pendidikan kation (Darmawan & Sujoko, 2019; Samho, 2017), yang masih dianut oleh sistem pendidikan nasional Indonesia hingga saat ini. Dinamika filosofi ini juga dapat dilihat dari cara mengintegrasikan pengetahuan kognitif, kebiasaan, kebajikan dan prinsip-prinsip moralitas sebagai konstruksi penting dalam pendidikan. Pengintegrasian gagasan-gagasan itu melalui tindakan, sebagaimana dikemukakan Dewantara, dapat mewujudkan apa yang disebutnya prinsip 'orde en vrede' (ketertiban dan perdamaian) dalam pendidikan (1967b, hlm. 13). 

Semua Lima Kebajikan yang diuraikan di atas diwujudkan dalam slogan pendidikan terkenal Ki Hadjar Dewantara yang diungkapkan dalam Bahasa Jawa Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, semuanya erat saling terkait dan merupakan satu pandangan filosofis penting yang dianut dalam sistem pendidikan Indonesia. saya akan di sini menghubungkan filosofi ini dengan praktik pendidikan, dan kemudian berpendapat bahwa itu melambangkan filosofi perilaku pragmatisme. Selain itu, sepanjang perjalanannya menuju kedewasaan, peserta didik harus ditanamkan tidak hanya dengan pengetahuan kognitif tetapi juga dengan kebajikan atau kualitas moral dari sudut pandang lain, untuk menjadi manusia dengan kualitas hidup yang bermanfaat bagi sesama manusia, serta lingkungan yang didiaminya. 

Prinsip dasar filosofi Dewantara atau yang sering disebut sebagai Panca Dharma terdiri atas lima nilai yaitu nilai kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Kelima prinsip dasar tersebut menjadi dasar pelaksanaan pembelajaran di Taman Siswa atau sering disebut sebagai Panca Dharma Taman Siswa (Sugiharto, 2021). Prinsip kodrat alam erat kaitannya dengan nilai ketuhanan, Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa setiap manusia lahir dengan kodratnya yang telah diberikan oleh Tuhan, sehingga pendidikan sesungguhnya memiliki arti untuk menuntun kodrat alam atau potensi alami yang ada diri masing-masing siswa, sehingga mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan tertinggi sebagai manusia dan anggota masyarakat. Keselamatan tersebut dapat dicapai apabila siswa memiliki karakter dan budi pekerti yang kuat dalam dirinya, kedua hal tersebut akan menjadi bekal bagi siswa untuk menjalani kehidupan dalam masyarakat. 

 Nilai kemerdekaan mengandung arti kebebasan setiap individu sebagai manusia. Pendidikan memiliki peran penting untuk melaksanakan pengembangan potensi yang ada pada diri masing-masing individu secara humanis. Nilai kebudayaan mengisyaratkan bahwa manusia tidak dapat terlepas dari manusia lain dalam kehidupannya. Ki Hadjar Dewantara memandang manusia dan budaya selalu beriringan dan pendidikan menjadi tempat persemaian nilai-nilai kebudayaan yang ada dalam masyarakat agar keberadaannya tetap lestari. Seiring dengan berkembangnya zaman pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan dan kemajuan. Dengan perubahan tersebut nilai karakter, budi pekerti dan kebudayaan yang menjadi focus utama pendidikan Ki Hadjar Dewantara mengalami pemudaran hingga semakin luntur terlebih lagi dengan kemajuan teknologi yang membawa derasnya informasi dari berbagai penjuru dunia (Kahfi, 2021). 

 Pendidikan Indonesia yang memegang nilai-nilai luhur Pancasila menjadi sebuah gagasan runtut mengenai pendidikan nasional. Notonagoro, memberikan contoh ajaran Pendidikan dengan undang-undang yang keberadaannya dalam pendidikan nasional bersifat imperatif, artinya harus dilaksanakan. Oleh karena itu harus dilaksanakan, maka pengorganisasian perundang-undangan harus dilakukan dalam pendidikan yang berkeadilan dengan menggunakan dua pendekatan secara bersamaan, yaitu pendekatan deduktif dan pendekatan dialektis induktif secara kritis dilakukan sebagai kesatuan harmonis yang dinamis. Klarifikasi istilah-istilah yang digunakan dalam peraturan perundang-undangan sangat diperlukan dalam pendidikan akademik, sehingga peraturan perundang-undangan dapat dikatakan terstruktur secara yuridis ilmiah. 

Secara filosofis, hakikat dari Pancasila (Lima Prinsip Dasar Negara Republik Indonesia). Keberadaannya sebagai paradigma pembangunan nasional membawa konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional, kita harus bertumpu pada hakikat nilai-nilai di dalamnya Pancasila prinsip moral. Oleh karena itu, Kaelan (2002:216) menyatakan bahwa hakekat dari Pancasila nilai-nilai didasarkan pada basis ontologis manusia sebagai subjek pendukung utama Pancasila prinsip moral dan juga  sebagai penopang prinsip kebangsaan. Hal ini didasarkan pada fakta obyektif bahwa Pancasila adalah dasar negara, dan negara adalah organisasi manusia (federasi hidup). Oleh karena itu, dalam mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan cita-cita seluruh rakyat, negara harus berpedoman pada asas kemanusiaan yang “mono pluralis”. Dalam melaksanakan pembangunan nasional, hal yang paling dasar adalah dengan mewujudkan pendidikan nasional untuk semua masyarakat Indonesia. 

Notonagoro (Dwi Siswoyo, 2013) menegaskan bahwa ciri khas Pendidikan Nasional adalah berkembangnya kemampuan/keterampilan dan kepribadian yang terpadu, teratur, serasi, dan dinamis (Watak ganda pendidikan nasional adalah pengembangan kepribadian dan kemampuan/keterampilan, dalam satu kesatuan organis yang harmonis dan dinamis).Oleh karena itu, harus selalu dimantapkan agar Indonesia menjadi bangsa yang maju, bermartabat, dan memiliki identitas yang kuat dan dinamis, serta mampu menghadapi tantangan secara nasional dan global. Pendidikan adalah fenomena manusia (Driyarkara, 1980), bahwa pendidikan adalah fenomena manusia kebangsaan Indonesia. Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan manusia sebagai manusia (Dwi Siswoyo, 2013), memanusiakan manusia Indonesia yang dapat menerapkan dan mengembangkan kehidupannya dalam perjumpaan dan interaksi dengan sesama dan dunia, serta dalam hubungannya dengan Tuhan. 

Pengembangan Filsafat Pendidikan Nasional Indonesia yaitu Filsafat Pendidikan Nasional Pancasila diharapkan dapat berperan sebagai sumber teori dan praktek pendidikan nasional di Indonesia yang kontekstual dan dinamis. Tujuan formal Filsafat Pendidikan Nasional adalah untuk menganalisis secara radikal semua fenomena pendidikan dan yang terkait dengannya dari perspektif yang komprehensif dan terintegrasi. Bentuk Pendidikan Nasional yang ideal mengacu pada pengembangan kemampuan/keterampilan dan kepribadian yang dimiliki bersatu, teratur, harmonis dan dinamis (dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis) dalam menjamin pembangunan manusia seutuhnya di Indonesia. 

Maksud dan tujuan pendidikan nasional adalah bagaimana sesungguhnya pendidikan kita mampu membentuk watak, dan sikap yang baik sesuai dengan kaidahkaidah bangsa kita. Oleh karena itu pendidikan sangat erat kaitannya dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan sasaran utama dari proses pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter sangat tepat jika difokuskan untuk diajarkan di sekolah. Karena sekolah merupakan tempat sebagian besar anak mungkin akan mengenal karakter yang baik sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Sekolah juga merupakan tempat bagi anak untuk mengembangkan pendidikan karakter. 

Pada praktiknya sudah seharusnya sekolah melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan pendidikan nasional dengan berbasis Pancasila. Sehingga dapat membangkitkan kesadaran bahwa Pembelajaran Pengembangan Kepribadian adalah kehidupan yang perlu ada dalam masyarakat global. Menurut K.W. Siswomihardjo (2004:10), antara tahun 1995 hingga 2020 merupakan tingkat “repositioning” Pancasila. Berbeda dengan 55 tahun yang lalu, saat ini dunia dihadapkan pada gelombang perubahan yang cepat, mendasar, dan spektakuler sebagai implikasi dari gelombang globalisasi yang melanda seluruh dunia, terutama di era ini.21stabad. Implikasi globalisasi menunjukkan berkembangnya standardisasi dalam berbagai aspek kehidupan, baik penyelenggaraan negara maupun berbangsa. 

Visi dari pendidikan Pancasila adalah menjadi sumber nilai dan pedoman dalam pelaksanaan program studi dalam mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan kepribadiannya sebagaiPancasila warga. Sementara itu, misi dari Pancasila Pendidikan adalah untuk membantu peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila serta mengembangkan kesadaran berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan pemikirannya secara bertanggung jawab terhadap kemanusiaan. 

Tujuan dari pendidikan Pancasila diharapkan mampu membuat peserta didik memiliki pengetahuan dan memahami dasar-dasarnya Pancasila filsafat, dan banggaPancasila sebagai karya besar Indonesia yang mirip dengan karya ideologi besar lainnya di dunia. Pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dapat memperluas pemikiran dan mengembangkan sikap demokratis dalam mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnyaPancasila. Sementara itu, tujuan khusus dari pendidikan Pancasila adalah agar peserta didik mampu: (1) melakukan kajian kritis tentang sejarah perjuangan nasional Indonesia dan merumuskan kronologi sejarahPancasila sebagai falsafah dan asas negara; dan (2) menjelaskan Pendahuluan UUD 1945 atau UUD 1945, pasal-pasal dalam UUD 1945, dan dinamika implementasi UUD 1945 (Siswomihardjoet al., 2002:166). 

Guna menghadapi tuntutan kemajuan zaman dan berusaha untuk menguatkan nilai-nilai karakter dan budi pekerti pemerintah mengambil langkah besar melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2021-2024 menyebutkan tentang istilah profil pelajar Pancasila (Rahayuningsih, 2021). Kemampuan bangsa Indonesia untuk berkompetisi di tengah arus globalisasi dan inovasi teknologi yang berkembang begitu pesat bergantung pada kualitas Sumber Daya Manusia. Melalui pembangunan SDM yang selaras dengan kemajuan iptek dan perkembangan dunia global, besar harapannya Indonesia dapat mewujudkan cita-cita kemerdekaan sebagai bangsa berkarakter dan cerdas, mampu bersaing dan bahkan berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa maju lainnya di dunia. Dalam upaya nasional terkait pembangunan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memebrikan perhatian khsuus pada agenda penguatan kebudayaan. 

Berdasarkan pembahasan tersebut, kita sampai pada kesimpulan berikut: pertama, sifat dinamis pemahaman identitas bangsa, dan kedua, pentingnya unsur dalam keinginan suatu bangsa untuk memahami dirinya sendiri, dan ketiga membangkitkan dan mengembangkan kreativitas kita semaksimal mungkin suatu bangsa (Soedjatmoko, 1986: 31). Oleh karena itu dalam pendidikan Indonesia yang mengacu pada nilai-nilai Pancasila seharusnya para peserta didik memiliki sifat-sifat: (1). bertanggung jawab berani, (2). peka terhadap keadilan sosial dan kesetiakawanan sosial, kebangsaan dan kemanusiaan, (3). peka terhadap batas toleransi masyarakat, (4). memiliki harga diri dan percaya diri, iman yang kuat, (5). berorganisasi dan bekerja sama dengan orang atau pihak lain, baik yang berskala nasional maupun internasional, kemudian perbedaan budaya, agama atau ras, (6). menalar secara moral (nalar moral atau ijtihad) dan memiliki kemampuan menafsirkan ketentuan-ketentuan agama hingga terungkapkan relevansinya dengan masalah dan perkembangan baru.

Referensi: 

Al Musanna, “Revitalisai Kurikulum Muatan Lokal Untuk Pendidikan Karakter Melalui Evaluasi Responsif”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Number16, Third special edition (Oktober 2010), p.245-246. 

Kaelan. (2007). Revitalisasi dan Reaktualisasi Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara dan Ideologi dalam Memaknai Kembali Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Lima. 

Kahfi, A. (2021). Implementasi profil pelajar Pancasila dan implikasinya terhadap karakter siswa di sekolah. Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Dasar, 138-151. 

Notonegoro. (1984). The birth of the Pancasila. Ministry of Information of the Republic of Indonesia. 

Rahayuningsih, F. (2021). Internalisasi filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila. Jurnal Inovasi Pendidikan IPS, 1(3),177-187. 

Siswoyo, D. (2013). Mengembangkan pendidikan sains untuk kemanusiaan yang tercerahkan. Dalam D. Siswoyo (Ed.), Pendidikan untuk pencerahan & kemandirian bangsa.Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 

Siswoyo. (2013). Bung Karno’s view on Pancasila and education. Cakrawala Pendidikan, 32(1), 103-115. https://doi.org/10.21831/cp.v5i1.1264. 

Soedjatmoko. (1991). Soedjatmoko dan keprihatinan masa depan (Soedjatmoko dan keprihatinan masa depan). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. 

Soeharto. (2010). Educational idiology debate. Cakrawala Pendidikan, 29(2): https://doi.org/10.21831/cp.v2i2.334 

Sugiharto, S. (2021). Explicating and framing Dewantara’s conduct pragmatism as a pragmatist philosophy of education. Journal of Philosophy of Education, 1-14. Sukandi, “Pemahaman Dan Orientasi Nilai Pancasila Mahasiswa Sebagai Wahana Pendidikan Karakter Bangsa”, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Volume 43 , Number 3, (Oktober 2010), p. 261-271 

Taniredja, T.dkk (2012). The Appropriate Pancasila a Education Contents to Implant Lofty Values for Indonesia Students. International Journal for Educational Studies, 5 (1)

Kamis, 16 Februari 2023

Pelaksanaan Pembelajaran dan Asesmen yang Efektif

Sebelum melaksanakan pembelajaran dan asesmen, mengapa guru perlu mencermati dan memilih capaian pembelajaran sesuai dengan jenjang sekolah dimana guru mengajar? 

Jawaban: 

Sebelum melaksanakan pembelajaran dan asesmen, guru perlu mencermati dan memilih capaian pembelajaran sesuai dengan jenjang sekolah dimana guru mengajar karena capaian pembelajaran merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam menyusun rencana pembelajaran. Capaian pembelajaran merupakan standar yang harus dicapai oleh peserta didik pada akhir proses pembelajaran. Pemilihan capaian pembelajaran yang sesuai dengan jenjang sekolah dimana guru mengajar sangat penting karena setiap jenjang sekolah memiliki kurikulum yang berbeda yang menetapkan standar yang harus dicapai oleh peserta didik pada akhir proses pembelajaran. Jika guru tidak memperhatikan capaian pembelajaran yang sesuai dengan jenjang sekolah dimana guru mengajar, maka peserta didik mungkin tidak akan dapat mencapai standar yang diharapkan dan tidak dapat melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Selain itu, pemilihan capaian pembelajaran yang sesuai dengan jenjang sekolah dimana guru mengajar juga sangat penting untuk memastikan bahwa peserta didik memiliki dasar yang kuat sebelum melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Dengan demikian, pemilihan capaian pembelajaran yang sesuai dengan jenjang sekolah dimana guru mengajar merupakan hal yang penting untuk membantu peserta didik dalam belajar dengan lebih efektif dan meningkatkan hasil/prestasi belajar mereka. 

Apakah yang Anda pahami tentang pembelajaran, dan assessment yang efektif dan keterkaitan antara keduanya? 

Jawaban: 

Pembelajaran adalah proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diinginkan melalui interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dengan baik, yaitu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai peserta didik. Assessment adalah proses penilaian terhadap hasil belajar peserta didik yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Assessment yang efektif adalah assessment yang mampu menilai hasil belajar peserta didik secara akurat dan obyektif sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Keterkaitan antara pembelajaran dan assessment sangat erat, karena assessment merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Assessment membantu guru untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, sehingga guru dapat memperbaiki dan menyesuaikan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dengan demikian, assessment merupakan alat yang penting bagi guru untuk menilai keberhasilan proses pembelajaran dan meningkatkan hasil/prestasi belajar peserta didik. 

Mengapa guru perlu merencanakan pembelajaran dan asesmen yang efektif terlebih dulu sebelum melaksanakan pembelajaran paradigma baru? 

Jawaban: 

Guru perlu merencanakan pembelajaran dan asesmen yang efektif terlebih dulu sebelum melaksanakan pembelajaran paradigma baru karena rencana pembelajaran dan assessment merupakan dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Rencana pembelajaran yang baik akan membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dengan lebih efektif dan efisien. Selain itu, rencana pembelajaran yang baik juga akan membantu guru untuk menyusun materi pembelajaran yang tepat sesuai dengankebutuhan peserta didik dan menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Assessment yang efektif juga merupakan bagian integral dari rencana pembelajaran yang baik. Assessment yang efektif akan membantu guru untuk menilai sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, sehingga guru dapat memperbaiki dan menyesuaikan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dengan demikian, merencanakan pembelajaran dan asesmen yang efektif terlebih dulu sebelum melaksanakan pembelajaran paradigma baru merupakan hal yang penting untuk membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dengan lebih efektif dan efisien, serta meningkatkan hasil/prestasi belajar peserta didik.

Dalam bentuk dokumen apa perencanaan pembelajaran paradigma baru perlu diwujudkan oleh guru? 

Jawaban: 

Dalam bentuk dokumen apa perencanaan pembelajaran paradigma baru perlu diwujudkan oleh guru tergantung pada kebijakan dan standar yang ditetapkan oleh sekolah atau lembaga pendidikan dimana guru tersebut mengajar. Namun, secara umum, perencanaan pembelajaran paradigma baru perlu diwujudkan oleh guru dalam bentuk dokumen yang disebut dengan Modul Ajar. Modul ajar merupakan dokumen yang menjelaskan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, serta asesmen yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Modul Ajar biasanya terdiri dari beberapa bagian, yaitu: 

a. Capaian pembelajaran: Tujuan pembelajaran merupakan standar yang harus dicapai oleh peserta didik pada akhir proses pembelajaran. 

b. Materi pembelajaran: Materi pembelajaran merupakan kompetensi dasar yang akan diajarkan oleh guru. 

c. Metode pembelajaran: Metode pembelajaran merupakan cara yang akan digunakan oleh guru dalam menyajikan materi pembelajaran kepada peserta didik. 

d. Asesmen: Asesmen merupakan proses penilaian terhadap hasil belajar peserta didik yang akan digunakan oleh guru untuk menilai sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 

Dengan demikian, Modul Ajar merupakan dokumen yang penting bagi guru dalam merancang dan menyusun pembelajaran paradigma baru agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien, serta meningkatkan hasil/prestasi belajar peserta didik. 

Mengapa guru perlu juga menyiapkan asesmen (diagnostik, formatif, atau sumatif) sebelum melaksanakan pembelajaran?

Jawaban: 

Guru perlu menyiapkan asesmen sebelum melaksanakan pembelajaran karena asesmen memiliki beberapa tujuan penting yang dapat membantu guru dalam mengelola pembelajaran dengan lebih efektif. Beberapa di antaranya adalah: 

a. Menentukan tingkat kemampuan awal siswa: Asesmen diagnostik atau awal dapat membantu guru menentukan tingkat kemampuan awal siswa sebelum memulai pembelajaran, sehingga guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. 

b. Mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan siswa: Asesmen formatif atau selama pembelajaran dapat membantu guru mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan siswa selama proses pembelajaran, sehingga guru dapat memberikan bantuan tambahan kepada siswa yang membutuhkan dan meningkatkan pembelajaran siswa yang lebih kuat. 

c. Menilai hasil pembelajaran siswa: Asesmen sumatif atau akhir dapat membantu guru menilai hasil pembelajaran siswa setelah pembelajaran selesai. Ini dapat membantu guru menentukan apakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 

Dengan demikian, asesmen memiliki peran penting dalam membantu guru mengelola pembelajaran dengan lebih efektif dan membantu siswa dalam belajar dengan lebih efektif pula. 

Menurut Anda, seperti apa gambaran perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan asesmen yang telah Anda buat untuk melaksanakan pembelajaran mikro (micro teaching) berbasis pembelajaran paradigma baru? 

Jawaban: 

Berikut adalah gambaran umum perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan asesmen untuk melaksanakan pembelajaran mikro (micro teaching) berbasis pembelajaran paradigma baru: 

a. Perencanaan asesmen: 

 Tentukan tujuan pembelajaran dan indikator keberhasilan.

 Pilih jenis asesmen yang sesuai (diagnostik, formatif, atau sumatif). 

 Tentukan metode asesmen yang akan digunakan (tes tertulis, observasi, wawancara, dll.). 

 Buat soal atau instrumen asesmen yang valid dan reliable. 

b. Pelaksanaan asesmen: 

 Sampaikan instruksi dan petunjuk asesmen kepada siswa. 

 Lakukan asesmen sesuai dengan rencana yang telah dibuat. 

 Pastikan asesmen dilakukan dengan obyektif dan tidak ada diskriminasi terhadap siswa. 

c. Pengolahan asesmen: 

 Analisis hasil asesmen dengan menggunakan skala atau rubrik yang telah ditetapkan. 

 Tentukan tingkat keberhasilan siswa berdasarkan hasil asesmen. 

 Buat laporan hasil asesmen untuk dikomunikasikan kepada siswa dan orang tua/wali siswa. 

 Gunakan hasil asesmen untuk mengajukan rencana tindak lanjut bagi siswa yang membutuhkan bantuan tambahan atau untuk meningkatkan pembelajaran siswa yang lebih kuat

Rabu, 15 Februari 2023

Paradigma Pribadi Peserta Didik (Growth Mindset dan Fixed Mindset)

 


Growth mindset adalah pola pikir bahwa seseorang memiliki keyakinan yang mendasar bahwa pembelajaran dan kecerdasan mereka dapat tumbuh seiring waktu, upaya dan pengalaman. Jika kita berusaha maka kita yakin akan berhasil. Pola pikir yang terbuka terhadap informasi. Setiap orang yang memiliki pola pikir ini akan selalu mencari positif. Jika kita memiliki pola pikir growth mindset, kita akan selalu berusaha untuk belajar dan mengembangkan diri. Kita juga akan dapat belajar dari umpan balik yang diberikan orang lain. Kita akan melihat umpan balik sebagai kesempatan untuk memperbaiki dan meningkatkan diri.

Fixed Mindset yaitu pola piker bahwa seseorang tidak percaya bahwa mereka dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan dan bakat mereka. Mereka juga percaya bahwa bakat saja yang mengarah pada kesuksesan dan tidak diperlukan untuk mencapai sebuah keberhasilan.

Orang-orang dengan pola pikir fixed mindset tidak akan merasa aman. Mereka tidak suka menghadapi tantangan dan mudah menyerah terhadap tantangan yang dihadapi. Mereka akan melihat bahwa upaya yang dihasilkan hanyalah sebuah sia-sia dan melihat umpan balik sebagai hal negatif. Orang-orang dengan pola pikir fixed mindset mungkin saja berhasil mencapai kesuksesan, tetapi mereka tidak akan mampu mencapai potensi tertinggi yang dimiliki.

Selasa, 14 Februari 2023

Teori Belajar dan Motivasi Belajar


Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.

2.  Teori belajar dilihat dari barbagai sudut pandang ada 3 yaitu:

 a) Behaviorisme (behaviorisme) 

Teori Behaviorisme merupakan perubahan tingkah laku karena pemberian stimulus dan respons. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulan) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon). Stimulan tidak lain adalah lingkungan belajar, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan tanggapan adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulan. Implementasi pada teori saat ini bisa dilakukan dengan mempersembahkan latihan soal secara berualang-ulang agar menjadi kebiasaan.

b) Sosial-Cognitivsm 

Teori pembelajaran yang dapat menciptakan suatu pembelajaran ketika seseorang dapat mengamati dan dapat meniru perilaku yang didapat dari lingkungan. Teori ini menghubungkan antara faktor lingkungan, perilaku dan faktor kognitif dalam proses pembelajarannya, Implementasi dari teori ini saat ini mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan oleh guru lalu menjelaskan materi kembali di depan kelas dan mengajak siswa lainnya untuk mengajukan pertanyaan.

c) Teori Konstruktivisme 

Teori yang membahas bahwa pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengurai pengetahuan di benak mereka.Implementasi dari teori ini siswa diberi penjelasan untuk menyelesaikan berdasarkan pengalaman.

 

3.   Motivasi belajar (berdasarkan kebutuhan, tujuan,  minat emosi , keterampilan regulasi diri).

a) Motivasi belajar berdasarkan kebutuhan

Menurut Abraham Maslow motivasi menyebabkan perilaku yang diarahkan pada tujuan. Melalui motivasi, manusia bisa diarahkan untuk kebutuhan tertentu. Kebutuhan tersebut disusun sesuai skala prioritas. Dari teori tersebut manusia melakukan kegiatan belajar karena ada kebutuhan tertentu yaitu untuk mempelajari hal yang tidak terampil menjadi terampil dengan tujuan melatih keterampilan atau menambah pengetahuan.

b) Motivasi belajar berdasarkan tujuan

Motivasi belajar yang dibutuhkan untuk tujuan menggerakkan atau menggugah seseorang agar secara sadar dan sengaja timbul keinginan dan kemampuannya untuk melakukan kegiatan belajar sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan yang diinginkan.

c) Motivasi belajar berdasarkan emosional – minat

Emosi membuat seseorang merasakan senag, sedih, cemburu, cinta, aman, takut, semangat dan sebagainya. sedangkan motivasi menyebabkan seseorang melakukan sesuatu dan bertahan dalam melakukanya dan ditandai dengan timbulnya reaksi dan perasaan untuk mencapai tujuan. Dua hal tersebut sangat berpengaruh apabila kita ingin belajar harus memiliki motivasi dan minat emosional agar ketika melakukan kegiatan pembelajaran kita tahu tujuan dan dalam pelaksanaannya perasaan senang dan tidak tertekan.

d) Motivasi belajar berdasarkan keterampilan regulasi diri

Regulasi diri memiliki peranan penting dalam diri karena memiliki regulasi diri yang dikatakan tinggi maka individu akan mampu mengendalikan fikiran, perasaan, dorongan dan hasrat dari ransangan luar diri agar sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dan cita-cita.

Dalam hal pembelajaran, regulasi diri akan membantu individu atau siswa dalam mengendalikan fikiran, dorongan, dorongan dan keinginan eksternal dalam menempuh cita-citanya. Lebih jauh regulasi diri dapat mengendalikan motivasi individu dalam belajar meskipun kondisi sosial memberikan pengaruh negatif.

Selasa, 07 Februari 2023

Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam Perkembangan Pendidikan Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan


Ki Hadjar Dewantara adalah putra seorang bangsawan Kanjeng Pangeran Harjo Surjaningrat, putra Kanjeng Gusti Pangeran Hadipati Hardjo Surjosasraningrat yang bergelar Sri Paku Alam III. Ki Hadjar Dewantara sangat berpengaruh di dalam dunia pendidikan. Hal ini didasari atas terabaikannya pendidikan dalam masa penjajahan Belanda (dan juga Jepang). Pemerintah penjajah tahu persis bahwa upaya serius mencerdaskan bangsa terjajah merupakan upaya yang berbahaya sebab bisa  mengancam stabilitas pemerintahannya kelak. Oleh karena itu, jalan terbaik yang menguntungkan mereka adalah “membatasi” sarana pendidikan dan kesempatan menimba ilmu bagi generasi Indonesia. Dengan demikian, generasi muda Indonesia tidak terbuka pemikirannya ke arah kemerdekaan.

Pada masa kolonial, sistem pendidikan di buat sesuai dengan harapan dan kepentingan mereka. Pemerintah kolonial mendesain sedemikian rupa agar bangsa Indonesia melupakan, merendahkan diri dan martabat bangsanya sendiri. Namun Ki Hadjar Dewantara memahami betul ke mana arah pendidikan pemerintah Kolonial itu. Maka ia bercita-cita meningkatkan kesadaran generasi muda untuk menegaskan derajat dan martabat bangsanya.Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan adalah daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Pendidikan itu membentuk manusia yang berbudi pekerti, berpikiran (pintar, cerdas) dan bertubuh sehat.

Konteks penalaran atas konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara di atas, pendidikan adalah upaya pemanusiaan manusia secara manusiawi secara utuh dan penuh ke arah kemerdekaan lahiriah dan batiniah. Maka pendidikan harus bersentuhan dengan upaya-upaya konkret berupa pengajaran dan pendidikan. Sehingga menurutnya, pengajaran adalah upaya memerdekakan aspek badaniah manusia (hidup lahirnya). Sedangkan pendidikan adalah upaya memerdekakan aspek batiniahnya yaitu penalaran atas makna budi pekerti yang bernuansa kesahajaan sebagai pribadi yang cerdas.

Ki Hadjar yakin bahwa bila kemerdekaan adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia, pendidikan adalah cara untuk mencapai atau memilikinya. Mendidik anak manusia haruslah berangkat dari pengakuan pada keunikan dan penghormatan pada potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Segala alat, usaha dan cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan. Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantoro sangat revolusioner untuk mewujudkan manusia yang berbudi. Pendidikan menjadi ujung tombak utama untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia. Sehingga hal ini harus diperhatikan bersama dan dikembangkan bersama agar terwujudnya masyarakat yang merdeka dan terbuka dengan perkembangan zaman yang pesat.

Rabu, 17 Februari 2021

Virus Corona?

 Ada apa dengan virus Corona?



Baikklah, kali ini saya akan membahas tentang virus corona yang sedang ngehits diseluruh dunia ehehe.. Kau tau teman-teman? Virus Corona ternyata telah mengajarkan kita agar kita tidak sombong dan congkak. Iya, iya saya tau bahwa manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Tapi manusia itu terlalu lupa jika hidupnya selalu berdampingan dengan makhluknya Allah lainnya yang sama-sama diberikan rohman dan rohimnya. 


Virus merupakan makhluk peralihan artinya jika virus tidak menempel di sel inang maka ia mati, namun jika menempel pada sel inang, virus tersebut akan hidup dan beregenerasi menjadi bertambah banyak. Virus mempunyai ukuran sekitar 0,1 mikrometer, sedangkan manusia dewasa rata-rata berukuran 1,6 meter. Virus itu merupakan subseluler artinya lebih kecil dari satu sel, sedangkan manusia tubuhnya terdiri hampir 100.000.000.000 sel. Tapi jangan salah teman-teman, virus itu meskipun lebih kecil dari sel tetapi kehebatannya perlu kita acungi jempol. Dengan tubuhnya yang merupakan subseluler, virus mampu mengambil alih kendali mesin sel yang ada di tubuh kita. Dan saat itu, virus akan membuat salinan DNA dan RNAnya dan membuat protein virus di dalam tubuh yang nantinya akan menyalin dirinya sendiri menjadi semakin banyak dan dapat menginfeksi seluruh tubuh yang dihinggapi virus tersebut. 


Lantas apasih virus corona itu? Virus corona adalah sekumpulan virus dari subfamily Orthocoronavirinae masuk dalam keluarga Coronaviridae dan Ordo Nidovirales. Kelompok virus ini adalah kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia (termasuk manusia). Virus ini sangat luar biasa sekali, dan wabah yang sekarang terjadi merupakan masalah serius. Virus corona ini adalah virus beramplop dengan genom RNA utas tunggal plus dan nukleokapsid berbentuk heliks simetris. Jumlah genomnya itu berkisar 27-34 pasangan basa, dan ini adalah terbesar diantara virus RNA lainnya. Dan apakah kamu tau? Virus RNA merupakan virus dengan tingkat mutasi lebih tinggi dari virus DNA.


“Tapi vik, semua itu sudah diatur sama Allah. Jadi ya udah sih ngga usah dipikir pusing. Yang penting berdoa aja terus agar Allah selalu melindungi kita.” Oh… kamu itu orang Jabariyah ternyata (menyerahkan total semuanya kepada Allah tanpa usaha). “Hah? Jabariyah? Jabariyah itu apa?” Jadi, Jabariyah adalah aliran yang memiliki paham bahwa kita sebagai manusia harus menerima atas hidup yang sudah ada pada qada’ qadar yang sudah ditulis di lahul Mahfud. Pendiri Jabariyah adalah Jaham bin Shofwan, beliau berpendapat bahwa setiap hidup manusia sudah ditentukan oleh takdir dan manusia terpaksa untuk menerimanya. Manusia hanya bisa menerima keadaan dan tanpa memiliki pilihan ataupun usaha dalam hidupnya. “Kalo aku sih bodoamat vik.. Tetep berpergian kemana aja. Ya, anggep aja liburan mumpung kuliah online ngga tatap muka ahahah” Oh… kamu itu orang Qadariah (free-will) ternyata yah.. "Qadariah apa vik?" Nah jadi Qadariah adalah aliran yang menganggap bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya tidak melibatkan Allah SWT.


Tolong deh.. ini itu masalah serius. Virus corona ini mudah menulari siapa saja yang dihinggapnya. Untuk menginfeksi, virus corona ini menggunakan lapisan protein berbentuk tanduk yang runcing (spike) guna mengikat membran sel inang dengan mengaktivasi enzim furin. Analisis genom dari SARS-CoV-2 telah mengungkapkan bahwa protein lapisan tanduk yang bisa mengaktivasi furin ini membedakannya dengan kerabat dekat mereka yang memicu SARS ataupun MERS. Masalahnya, furin banyak ditemukan dibanyak jaringan manusia, termasuk paru-paru, hati, dan usus kecil. Dan Li Hua, ahli biologi structural di Universitas Sains dan Teknologi Huazhong, Wuhan, China berkata “Ini berarti virus corona berpotensi menyerang banyak organ” dengan melihat pernyatan tersebut, maka kita dapat mengerti bahwa virus ini sangat berbahaya untuk tubuh kita. Jadi, jangan sok-sokan kuat, sok-sokan masih muda masih mempunyai system imun yang bagus, jangan sok-sokan hebat. Tapi juga jangan pasrah-pasrah saja anggap semua ini sudah takdir tanpa kita berusaha untuk menekan wabah virus ini.


Seharusnya yang kita lakukan saat ini adalah tetap berusaha menjaga diri agar tidak terpapar virus tersebut dan berdoa agar selalu dilindungi oleh Allah SWT. Yang katanya aswaja harusnya ngerti, Aswaja itu berimbang ditengah-tengah. Doa dan ikhtiar (usaha) berjalan beriringan jangan sampai timpang sebelah. Jangan hanya pasrah-pasrah saja berserah diri pada Allah dan melalaikan berikhtiar (berusaha). Lantas apa saja yang dapat kita lakukan untuk menekan persebaran virus corona tersebut? Menurut WHO (World Health Organization) cara mencegah penularan virus corona adalah dengan menerapkan hidup sehat dan selalu menjaga kebersihan. Diantaranya adalah cuci tangan sesering mungkin, terapkan social distancing, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, dan jika mengalami demam, batuk, dan kesulitan bernapas segeralah berobat. Selain itu, kita juga jangan hanya percaya ikhtiar (usaha) semata sehingga menafikkan pentingnya doa. 


Karna apa? “Kecangihan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan dapat mengetahui hebatnya virus ketika sedang bekerja. Tapi kecanggihan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan tidak dapat mengetahui kedahsyatan doa ketika bekerja” jadi tetaplah berdoa. Ikhtiar (usaha) dan tawakal (berdoa) harus proporsional ya teman-teman, jangan terlalu kepedean. Yang kita hadapi adalah makhluk subseluler yang hanya bisa dilihat menggunakan mikroskrop elektron tapi dapat merenggut nyawa seseorang. Jadi jangan sombong dan congkak sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna sejagad raya ini. Tetaplah rendah hati dan jangan lupa bersyukur ehehe


Terimakasih sudah membaca :)

Silahkan komentarnya..


Ditulis oleh: Vika Rachmania Hidayah 🌸


Minggu, 20 September 2020

Transformasi Islam: Struktur sosial masyarakat Arab pra Islam

Struktur sosial masyarakat Arab pra Islam

Beberapa sejarahwan melihat bahwa kota Makkah berada dalam posisi yang strategis dalam jalur perdagangan. Posisi strategis kota Makkah ini menjadikan kota Makkah mengalami perkembangan yang pesat dalam konteks ekonomi. Namun demikian secara ekonomi, struktur ekonomi masyarakat Arab Islam itu di dominasi oleh pedagang. Lazimnya para pedagang, pastinya mempunyai semangat akumulasi kekayaan atau yang sering kita sebut sebagai semangat kapitalistik. Selain secara ekonomi yang didominasi oleh segelintir pedagang, segelintir orang kaya, secara politik juga masyarakat Makkah dikuasai oleh segelintir elit. Sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat Makkah dikuasai oleh para oligarki-oigarki seperti saat ini pada sistem ekonomi poitik kita yang dikuasai oleh segelintir orang saja. Karena sebagian besar kekayaan bangsa ini dimiliki hanya oleh sebagian kecil oleh orang-orang bangsa ini. Demikian juga dalam konteks politik, bahwa bangsa besar seperti bangsa Indonesia ini hanya ditentukan oleh segelintir elit saja. 

Segelintir elit politik dan segelintir elit pemilik kapital di kota Makkah saat itu mendominasi dan mempengaruhi proses-proses pengambilan keputusan masyarakat kota Makkah. Jika kita melihat dari stratifikasi sosial masyarakat Arab terlihat sekali bahwa masyarakat Arab dikelompokkan dalam kelas-kelas tertentu. Dan kelas-kelas ini membuat hirarki secara sosial. Kelas-kelas tersebut diantaranya bangsawan dan pedagang kaya (posisi tertinggi), kemudian mawali dan yang paling bawah dalam struktur sosial masyarakat Arab adalah para budak. Secara sistem kekeluargaan, masyarakat Arab waktu itu menganut sistem patrilineal (garis keturunan ayah). Selain patrilineal, masyarakat Arab juga patriakal, yang artinya: di dalam masyarakat Arab kala itu, menganut bahwa laki-laki memiliki kedudukan lebih tinggi dari perempuan dan semua kebijakan dalam keluarga maupun masyarakat ditentukan oleh laki-laki. Sebaliknya, bangsa Arab menganut bahwa perempuan mempunyai kedudukan sangat rendah bahkan mereka dianggap sebagai objek. Hal ini dapat kita lihat dengan tradisi-tradisi yang membenci perempuan seperti tradisi membunuh bayi perempuan, poligami tanpa batas, perempuan sebagai objek karena perempuan dapat diwariskan, ketika laki-laki menceraikan perempuan: mereka bisa rujuk kapan saja dan berapa  kali saja tanpa batas, selain itu juga terdapat praktek-praktek kekerasan terhadap perempuan. Dari sini kita dapat membayangkan kondisi sosialnya, bagaimana sistem keluarganya, lalu bagaimana pola relasi antara laki-laki dan perempuan di dalam struktur masyarakat Arab waktu itu.

Pendidikan Indonesia dalam Penguatan Nilai-Nilai Pancasila

Pendidikan telah menjadi bagian hidup dari setiap orang yang memiliki kedudukan penting. Dalam hal ini mengacu pada kepentingan bagaimana m...